Social Icons

Pages

Senin, 01 September 2014

Kritik Artikel “Klenik dan Politik” yang Ditulis oleh Jacob Sumardjo

“Setiap menjelang pemilihan kepala pemerintahan, bisnis klenik atau perdukunan dan ziarah kuburan keramat meningkat tajam.”

Begitulah yang tertulis dalam artikel yang berjudul “Klenik dan Politik” yang ditulis oleh Jacob Sumardjo yang dimuat di koran Kompas pada hari Kamis, 13 Maret 2014. Menurut artikel yang beliau tulis, masih ada beberapa politikus yang masih mempercayai dukun atau orang sakti di zaman yang serba modern ini. Kebanyakan dari mereka mendatangi dukun atau orang yang memiliki kesaktian atau bahkan ziarah ke keburuan keramat pada saat mereka akan maju menjadi pemimpin suatu daerah. Tak mengherankan bila praktek perdukunan masih marak terjadi meskipun banyak pihak menentang adanya praktek perdukunan tersebut.
Mereka yang mendatangi dukun atau orang sakti atau kuburan keramat dalam rangka meminta sesuatu darinya bisa dibilang mereka adalah orang-orang yang tidak percaya pada kemampuan dirinya. Bisa jadi mereka juga meragukan akan kekuasaan sang Ilahi atau Tuhan Yang Maha Esa. Padahal tak jarang dari mereka yang mendatangi dukun atau orang sakti atau kuburan keramat adalah orang-orang yang mengaku beragama dan bahkan berpendidikan tinggi. Tapi mungkin hanya dengan beragama dan berpendidikan tinggi tidak bisa membuat mereka untuk tidak mempercayai dukun atau orang sakti atau kuburan keramat.
Awalnya saya tidak percaya bahwa calon pemimpin yang notabene adalah orang yang berpendidikan bisa mendatangi dan mempercayai dukun atau orang sakti. Saya berpikir bahwa tidak mungkin di zaman yang serba modern ini masih ada orang berpendidikan yang mempercayai hal semacam itu. Tapi rupa-rupanya memang tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Menurut saya, klenik, perdukunan atau hal lainnya yang sejenis adalah produk lama atau jadul atau kuno yang sudah akan ditinggalkan oleh mereka yang berpendidikan tinggi atau bahkan mengenyam pendidikan di luar negeri.
Nyatanya praktek perdukunan memang sudah marak dilakukan dari zaman dahulu. Berbeda dengan sekarang, pada waktu lalu, mendatangi dukun atau orang sakti hanya dilakukan oleh orang-orang desa atau kampung yang miskin dan ingin cepat kaya. Tapi sepertinya pada saat sekarang ini, mendatangi dukun sudah sering dilakukan oleh orang-orang intelek dan mengaku beragama hanya untuk mendapatkan kekuasaan di dunia. Sampai saat ini saya masih belum mengetahui alasan pasti mengapa ada orang yang berpendidikan tinggi dan mengaku beragama tapi mendatangi para dukun atau orang sakti atau kuburan keramat. Padahal jelas tertulis dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari istri-istri Rasulullah SAW, dari Nabi SAW, beliau bersabda yang artinya: “Barang siapa yang mendatangi seorang dukun dan bertanya sesuatu maka dia tidak akan diterima sholatnya selama empat puluh hari.” Lalu, bagaimana mungkin mereka yang mengaku beragama bisa mendatangi dukun atau orang sakti padahal telah tertulis hadist yang berbunyi seperti demikian itu.
Selama masih ada orang yang mendatangi dukun atau orang sakti atau kuburan keramat, selama itu juga praktek perdukunan tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini. Perubahan tidak bisa dicapai bila hanya satu pihak yang melakukan, tapi dari kedua belah pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar